REFLEKSI PEMAHAMAN PEMIKIRAN KHD
Sebelum saya mengenal filosofi pemikiran KHD, saya percaya bahwa murid
adalah individu yang belum memahami banyak hal, seperti kertas kosong. Murid
bersekolah karena ingin mencari ilmu, seperti memberikan gambar pada kertas kosong.
Saya pun menyakini bahwa murid bisa dibedakan baik tidak nya sebatas dari
kedisiplinan yang terlihat dan empatinya terhadap orang lain, saya pun bisa
menilai murid pintar tidaknya sebatas dari hasil ulangan murid.
Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dari murid kepada guru,
itu yang saya pahami selama ini. Akan dibawa kemana masa depan anak, baikkah
burukkah? tergantung dari gurunya mengajar. Saya menyakini jika proses
pembelajaran ingin berhasil maka guru harus menyiapkan perangkat dalam mengajar
dengan sebaik-baiknya, memberikan materi secara terstruktur, penggunaan model
pembelajaran yang tidak monoton, media pembelajaran yang menarik, dan juga
assessment yang bervariasi. Dengan semua hal tersebut saya yakin murid akan
dapat memahami ilmu yang diberikan dengan baik. Outputnya murid mendapatkan
nilai baik dan semakin dekat dengan cita-citanya.
Setelah saya mendapatkan pemahaman tentang pemikiran KHD, pemikiran
saya selama ini ternyata salah. Banyak hal yang tidak sesuai dengan pemikiran
KHD. Padahal kita tahu KHD adalah Bapak Pendidikan Nasional. Beliau yang sudah
memperjuangkan Pendidikan di Indonesia. Sudah sepatutnya pemikiran pemikiran
beliau patut untuk diteladani, karena hakikatnya pemikiran beliau pastinya memiliki
tujuan yang mulia untuk bangsa ini.
Beberapa perubahan dalam pemikiran dan perilaku saya setelah memahami pemikiran KHD sebagai berikut.
1.
Murid
bukanlah kertas kosong
Sebelum murid menimba ilmu di
sekolah, murid sudah memiliki banyak coretan, baik dari dalam diri (genetik IQ,
karakter, bakat), maupun baik dari luar diri (lingkungan keluarga, dan
masyarakat). Sebetulnya murid sudah memiliki potensi dan bakat masing-masing,
namun potensi yang murid miliki masih belum nampak dan kuat. Disinilah perlunya
guru untuk menebalkan potensi murid dengan pembelajaran yang diberikan.
2.
Penilaian
murid dari segi kedisiplinan dan intelegensi
Perilaku murid baik di kelas ataupun
di lingkungan sekolah terkadang tidak sesuai dengan aturan yang ada, atau
bahkan mengarah ke hal yang buruk. Namun sebetulnya ada maksud dan tujuan di
balik kenapa murid berbuat seperti itu. Hal ini yang terkadang saya
kesampingkan. Saya hanya melihat produk akhir dari perilaku murid tanpa tahu
tujuan atau faktor apa yang membuat murid bisa berbuat seperti itu. Dari dasar
inilah seyogyanya seorang guru tidak boleh langsung menyimpulkan perilaku
ataupun intelegensi murid. Bisa jadi mereka berbuat demikian karena ada maksud
baik, atau bisa jadi murid pintar dalam beberapa mapel tertentu.
3.
Guru
bukanlah sumber ilmu satu satunya
Guru bukanlah satu satunya sumber
ilmu bagi murid. Saya mulai memahami bahwa sumber ilmu bisa didapatkan dari
mana saja, bahkan tidak serta merta seorang guru yang slalu memberi ilmu kepada
murid, tapi bisa jadi guru yang belajar dari muridnya. Mungkin bukan dalam hal
keilmuan, namun bisa dari sikap dan empati yang ditunjukkan murid kepada orang
lain. Artinya, sebagai guru saya harus bisa menjadi pamong bagi murid, menuntun
dan mengarahkan anak kepada potensi yang diharapkan. Kita selaku guru tidak
boleh mengekang keinginan murid selama itu berkesusaian dengan potensinya dan
dalam ranah positif. Jika murid kesulitan dalam suatu hal ya kita bantu, jika
murid melenceng dari jalannya ya kita ingatkan, dan jika murid butuh bantuan
untuk meraih sesuatu ya kita bantu sekuat tenaga untuk meraihnya.
4.
Setiap
murid memiliki kemampuan yang berbeda
Menimbang dari asal muasal murid,
dari segi dalam diri dan luar dirinya yang sudah ada sebelum murid bersekolah,
seyogyanya kita sebagai guru harus paham bahwa kemampuan murid dalam menerima
ilmu berbeda-beda. Setiap murid juga memiliki cara belajarnya masing-masing.
Disinilah perlunya pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran diferensiasi
adalah pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan setiap murid. Dalam
penerapannya, pembelajaran ini membagi murid dalam beberapa kelompok sesuai
kemampuan belajar dan karakteristiknya. Murid dapat mempelajari materi
pelajaran sesuai dengan kemampuannya, dan kebutuhannya.
Pemahaman pemikiran KHD yang akan saya terapkan di kelas sebagai berikut.
1.
Memetakan
kemampuan cara belajar murid
2.
Mendesain
pembelajaran yang berpusat pada murid
3.
Mencari
ide kreatif pembelajaran dari berbagai sumber
4.
Melakukan
evaluasi dan refleksi atas proses yang sudah terlaksana
5.
Merealisasikan
hasil evalusi sebagai bentuk perbaikan kualitas pendidikan
0 Komentar