Pengertian Hepatitis, Gejala, Penyebab, Faktor Terpapar, Diagnotis, Pengobatan, Komplikasi, dan Pencegahan
Kemunculan Virus CORONA (COVID-19) yang mengakibatkan pandemi di seluruh dunia masih menyedot perhatian warga di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pandemi COVID-19 sudah berjalan tahun ke-3 dan belum kunjung usai. Masih saja ada pemberitaan tentang terpaparnya masyarakat oleh COVID-19.
"Yang disingkirkan dari diagnosis hepatitis ini karena dia ternyata ada (virus) hepatitis A, satu hepatitis B, ada yang tipes, dan demam berdarah dengue," kata dr Syahril dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Jumat (13/5/2022).(Sumber: health.detik.com)
Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver.
Gejala Hepatitis
Penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala sampai beberapa minggu atau telah terjadi gangguan fungsi hati. Pada penderita hepatitis akibat infeksi virus, gejala akan muncul setelah masa inkubasi, yakni sekitar 2 minggu sampai 6 bulan.
Gejala umum yang muncul pada penderita hepatitis adalah:
- Mual dan muntah
- Demam
- Mudah lelah
- Feses berwarna pucat
- Urine berwarna gelap
- Nyeri perut
- Nyeri sendi
- Kehilangan nafsu makan
- Penyakit kuning
- Penurunan berat badan
Penyebab Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, yaitu:
- Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari pengidap hepatitis A.
- Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B, seperti darah, cairan Miss V, dan air mani.
- Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
- Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
- Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.
Faktor Terpapar Hepatitis
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena hepatitis. Contohnya seperti faktor lingkungan, perilaku atau masalah kesehatan tertentu
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang bisa menjadi penyebab atau pemicu hepatitis, antara lain:
- Air yang tidak aman untuk diminum atau untuk mencuci peralatan makan.
- Kurangnya fasilitas sanitasi, seperti kamar mandi atau tempat cuci tangan.
- Kontak dengan jarum suntik bekas, alat suntik, atau benda lain yang terkontaminasi darah yang terinfeksi virus hepatitis.
Perilaku
Begitu juga ada beberapa perilaku atau aktivitas yang bisa membuat kamu lebih mungkin terpapar virus, bahan kimia beracun, atau zat penyebab hepatitis.
- Berbagi jarum suntik atau benda lain yang mungkin terkontaminasi virus hepatitis.
- Melakukan hubungan seksual yang tidak aman, seperti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau bergonta-ganti pasangan.
- Bekerja di sekitar bahan kimia beracun. Contoh pekerjaan yang meningkatkan risiko hepatitis antara lain tukang bersih-bersih, pelukis, penyedia layanan kesehatan, atau pekerja pertanian.
- Minum air yang belum dimasak atau makan makanan yang tidak diolah dengan aman dan benar.
- Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
- Minum obat yang dipercaya terkait dengan hepatitis.
Masalah Kesehatan
Riwayat kesehatan seseorang juga bisa memengaruhi risikonya mengembangkan hepatitis.
- Belum mendapatkan vaksinasi hepatitis.
- Memiliki infeksi akut atau kronis dengan satu atau lebih virus hepatitis.
- Memiliki gangguan autoimun.
- Lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis, khususnya hepatitis B.
Diagnosis Hepatitis
Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah menanyakan riwayat timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari pengidap. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pasien. Misalnya seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hepatitis, antara lain:
- Tes Fungsi Hati
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan sampel darah untuk menentukan seberapa efisien hati untuk melakukan fungsinya. Hasil dari pemeriksaan ini dapat menjadi indikasi terjadinya masalah, terutama jika tidak ada gejala apa pun selama pemeriksaan fisik. Saat ditemukan tingkat enzim hati yang tinggi, bisa disimpulkan jika organ tersebut sedang mengalami stres, rusak, atau bermasalah.
- Tes Darah Lainnya
Jika hati tidak bekerja seperti semestinya, dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi sumber masalah. Metode ini dapat memeriksa virus yang terdapat dalam darah. Hal ini juga dapat mendeteksi kondisi antibodi tubuh yang dapat menyebabkan hepatitis autoimun.
- USG
Pemeriksaan ultrasonografi menggunakan gelombang ultrasonik untuk melihat kondisi hati melalui gambar yang dihasilkan. Tes ini memungkinkan dokter untuk memeriksa hati dan organ di sekitarnya, seperti kerusakan hati, tumor hati, hingga kelainan kandung empedu.
- Biopsi Hati
Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan dari hati. Sampel tersebut menentukan adanya infeksi atau peradangan yang terjadi pada hati. Hal ini juga bisa digunakan untuk mengambil sampel area yang tidak normal atau bermasalah pada hati.
Pengobatan Hepatitis
Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan pengobatan spesifik. Jika dilakukan, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala yang muncul (seperti mual muntah dan sakit perut). Pemberian obat-obatan juga harus berhati-hati, karena fungsi hati pengidap hepatitis akut sedang terganggu.
Sedangkan pengobatan hepatitis kronis, bertujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan antivirus.
Seseorang yang mengidap hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah. Selain itu, pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid.
Komplikasi Hepatitis
Hepatitis yang dibiarkan tanpa penanganan bisa memicu berbagai komplikasi, antara lain:
- Fibrosis hati, kondisi ketika hati dipenuhi oleh jaringan parut sehingga tidak lagi bisa berfungsi dengan baik.
- Sirosis hati, merupakan tahap lanjut dari fibrosis.
- Kanker hati, bisa terjadi sebagai komplikasi dari sirosis.
- Gagal hati. Meski komplikasi hepatitis ini jarang terjadi, tapi gagal hati merupakan kondisi serius yang bisa berakibat fatal.
- Glomerulonefritis, gangguan ginjal yang disebabkan oleh peradangan yang seringkali berhubungan dengan respon imun. Komplikasi ini paling sering terjadi pada pengidap hepatitis B dan hepatitis C kronis.
- Krioglobulinemia, penyakit langka yang disebabkan oleh sekelompok protein abnormal yang menyumbat pembuluh darah kecil. Komplikasi ini paling sering terjadi pada pengidap hepatitis B dan hepatitis C kronis.
- Ensefalopati Hepatik. Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal hati, dapat menyebabkan otak meradang, yang dikenal sebagai ensefalopati.
- Hipertensi portal, terjadi ketika sistem sirkulasi portal hati tersumbat akibat sirosi dan masalah lain.
- Porfiria, merupakan komplikasi langka dari infeksi hepatitis C kronis.
- Koinfeksi virus, yaitu ketika ada dua infeksi virus pada saat yang bersamaan.
Pencegahan Hepatitis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menurunkan risiko untuk terserang hepatitis. Namun, semua ini tergantung dari jenis hepatitis yang menyerang. Contohnya, pastikan untuk tidak banyak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi alkohol untuk mencegah hepatitis alkoholik.
Berikut ini pencegahan hepatitis yang dapat dilakukan secara umum:
- Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah hepatitis A dan B, tapi belum ada vaksin untuk hepatitis C.
- Mengurangi konsumsi alkohol.
- Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
- Mencuci bahan makanan yang dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
- Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
- Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.
- Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan kondom atau tidak berganti-ganti pasangan (setia pada satu pasangan).
0 Komentar